MEGA DIATAS TIMOR TIMUR

10485740_811702522197953_7493875150174757308_n

Tue, 2 Dec 1997

Tokoh oposisi Indonesia Megawati Sukarnoputri mengatakan bahwa Timor Timur adalah bagian dari Indonesia, demikian yang dilaporkan oleh Antara pada tanggal 23 November 1997. Jelasnya Megawati mengatakan bahwa : Integrasi Timor Timur dengan Indonesia adalah keinginan penduduk di Timor Timur sendiri. Jadi kita harus mempertahankan daerah kita sebagaimana layaknya kita harus mempertahankan harga diri kita sebagai sebuah bangsa.

Lebih lanjut lagi Antara melaporkan bahwa Megawati mengatakan bahwa ” memang masih ada masalah di Timor Timur tapi itu hanyalah masalah internal Indonesia jadi kit harus bersatu untuk mempertahankan negara kita melawan kelompok ataupun pihak luar yang ingin memecah belah kita “.

Sebagai salah seorang tokoh oposisi yang juga menjadi korban kekejaman militer, tentunya Megawati Sukarnoputri sudah tahu watak militer Indonesia. Jadi kalau Megawati tidak menggunakan logika yang salah tentunya dia tahu bahwa militer yang menyerbu markas PDI pada tanggal 27 July 1996 adalah militer yang sama dalam ladang pembantaian di Timor Timur. Kalau dalam satu hari saja ABRI bisa membunuh warga PDI sebanyak lebih kurang 200 orang, tentu Megawati bisa membayangkan berapa jumlah orang Timor Leste yang sudah dibantai oleh miltier selama 22 tahun masa penjajahan ( atau apa yang disebut Mbak Mega sebagai Integrasi ).

Mbak Mega sendirinya tentunya sudah tahu watak watak Jendral Indonesia yang sedang naik daun akhir akhir ini, seperti Mayjen Prabowo Subianto, Letjen Yunus Yosfiah , dan Mayjen Warstio. Mereka mereka itu adalah orang orang yang dulunya bertempur di Timor Leste, dan membantai penduduk di sana dan sekarang setelah duduk kursi empuk di Jakarta melakukan hal yang sama terhadap bangsanya sendiri. Yunus Yosfiah adalah komandan Battalion Infantri 774 yang merupakan battalion ABRi pertama yang berdiri di Timor Timur dan Yunus Yosfiah jugalah yang memimpin pasukan dalam serangan di gunung Maubesi di akhir 1978 yang merengut nyawa Nicolau Lobato, President Fretilin. Sudah bukan rahasia lagi kalau Prabowo Subianto berusaha mengejar karir kemiliterannya dengan mengumpulkan sebanyak mungkin kepala orang Timor Leste. Mayjen Warstio ketika masih berpangkat Mayor memimpin satu unit pasukan dalam invasi di tahun 1975. Orang orang inilah yang sekarang juga membikin gara gara dengan PDI dan kelompok pro demokrasi lainnya.

Kalau dicermati dari statement Megawati, ada beberapa mitos yang menjadi dasar argumentasi beliau dalam memberikan pendapat tentang Timor Timur, yaitu nasionalisme sebagai bangsa Indonesia, ancaman dari luar yang menimbulkan bahaya disintegrasi , keinginan bangsa Timor Timur untuk bergabung dengan Indonesia. Dan semua itu adalah mitos yang keliru.

Pertama, nasionalisme yang ditawarkan oleh founding father kita adalah nasionalisme yang sarat dengan semangat kerakyatan dan pengabdian kepada rakyat tertindas, dan bukan nasionalisme yang dibahasakan sebagai ” right or wrong is my country “. Dan terlebih lagi bukanlah nasionalisme yang mengabdi kepada tindakan tindakan biadab seperti yang dilakukan oleh militer Indonesia di Timor Timur. Tentunya orang orang PDI dan Megawati sendiri lebih tahu tentang nasionalisme yang dikobarkan oleh Bung Karno dkk tidak lah sama dengan nasionalisme ala Suharto yang lebih telah membantai 200.000 jiwa di Timor Leste. Dan kalau ada orang yang mengecam tindakan biadab itu maka dia akan dicap tidak nasionalis, “ngelek ngelek ke bangsa ne dewe” dan caci maki lainnya.

Nasionalisme Sukarno juga tidak expnasionis seperti Suharto, jadi ketika konfrontasi dengan Malaysia dulu bukanlah karena Sukarno ingin menjajah Kalimantan Utara, melainkan karena Sukarno mendukung Negara Kalimantan Utara untuk merdeka. Sedangkan kapitalis kapitalis Malaysia dan Britisih lebih suka agar kalimantan utara bergabung dengan Malaysia. Sedangkan Suharto jelas jelas melakukan invasi atau penjajahan terhadap bumi Timor Loro Sae.

Nasionalisme 45 lah yang juga melahirkan konsep dalam pembukaan UUD 45 yang mengatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan. Seharusnya Megawati sudah mengetahui semangat pembukaan ini dan juga bersikap menhargai hak bangsa Timor Timur untuk merdeka.

Kedua, Megawati kelihatannya cemas melihat sepak terjang Mandela yang mulai kriits terhadap isu Timor timur ataupun banyaknya simpati dari gerakan solidaritas internasional terhadap perjuangna rakyat Maubere. Oleh karena itu Megawati berucap agar kita bersatu menghadapi ancaman luar yang ingin memecah belah bangsa kita.

Tanpa dia sadari Megawati telah memberikan legitimasi kepada rezim Orde Baru untuk menggunakan alasan yang sama untuk memperlakukan Megawati dan PDI Perjuangannya. Satu bulan sebelum 27 Juli meletus, Jesse Jackson datang ke Indonesia dan bertemu Megawati,serta menanyakan masalah yang melanda PDI. Kalau Suharto menggunakan logika Megawati dia bisa melarang Mega bertemu dengan Jesse Jackson dengan alasan masalah PDI adalah masalah pemerintah Indonesia, dan Jesse Jackson adalah orang Amerika yang inigin memecah belah bangsa Indonesia. Megawati lupa kalau masalah perjuangan melawan penindasan adalah masalah semua umat manusia tidak peduli kewarganegaraan ataupun pasport. Apakah Megawati juga ingin mengecam gerakan anti perang Vietnam yang tumbuh dimana mana pada tahun 60-an dan 70-an. Bagaimana juga dengan protest protest orang orang Indonesia sendiri yang mengecam kekejaman di Bosnia dan Palestina. Dengan menggunakan logika Megawati, tentunya mereka itu juga merupakan ancaman bagi negara negara yang mereka kecam.

Ketiga. Megawati mengatakan bahwa rakyat Timor Timurlah ingin bergabung dengan Indonesia. Kalau mereka ingin bergabung, mengapa sampai harus ada 200.000 ribu jiwa yang melayang, dan mengapa sampai ada ratusan orang Leste yang mendekam di penjara Orde Baru, dan mengapa ada ratusan pemuda Timor Timur yang loncat pagar. kalau mereka sungguh ingin bergabung, tentunya mereka ingin hidup aman tentram dan tentara Indonesia pun sudah tidak perlu diberangkatkan sebanyak 15 battalion ke Timor Timur.

Setelah 22 tahun bangsa Maubere hidup dibawah bayang bayang awan ” orde baru” gelap yang menyelimuti bumi Timor Loro Sae, sudah saatnya hadir Mega yang bisa menyapu ” awan gelap ” itu sehingga mereka bisa menikmati hawa kemerdekaan.

Sumber

Tinggalkan komentar